AL-MAHDI DAN PEMALSU HADIST - Permata Salafus Sholih

Breaking

Meniti Aqidah dan Manhaj Para Nabi dan Salafus Sholeh

Anda diperbolehkan mengkopi paste ayat, hadist dan terjemahannya tanpa menyebutkan sumbernya serta diperbolehkan untuk menyebarkan artikel-artikel di blog ini dengan menyertakan sumbernya, namun anda dilarang menyebarkannya dengan mengeditnya dan mengakui sebagai tulisan anda dengan tujuan komersil atau non komersil

Sabtu, 27 Februari 2016

AL-MAHDI DAN PEMALSU HADIST

Pada Zaman yang disinyalir oleh Rosulullah ﷺ sebagai zaman muluk jababiroh (Zaman pemerintahan dipegang oleh raja-raja dan kepala negara diktator) saat ini sangat sulit menemukan pemimpin ideal yang melandaskan syari’at dalam menjalankan pemerintahannya serta memperhatikan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadinya.Keberadaannya bisa dikatakan seribu banding satu, mencarinya laksana mencari jarum dalam tumpukan jerami. 

Namun demikian, zaman salaf dulu, tepatnya zaman negara dipimpin oleh para umaro’, dapat kita temukan pemimpin yang ideal, berpegang teguh terhadap syari’at Allah ﷻ dan dekat dengan ulama’. Salah satu contohnya adalah al-Mahdi.

Beliau adalah Al-Mahdi, amirul mukminin Muhammad bin Al-Kholifah al-Mansur Abi Ja’far Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthollib Al-Abbasi, kholifah ketiga bani Abbassiyah  (127-169 H). (Tarikh al-Islam:4/500, Tahqiq  Dr. Basyar Awwad Ma’ruf, Darul Ghorb al-Islami, cet. Pertama, 2003 M, via Maktabah Syamelah)

Selain terkenal Dermawan, beliau sangat tegas kepada para Zindiq ahlul batil, Imam adz-Dzahabi rohimahullah berkata:

وَكَانَ جَوَّادًا، مُمَدَّحًا، مَلِيحَ الشَّكْلِ، مُحَبَّبًا إِلَى الرَّعِيَّةِ، قَصَّابًا لِلزَّنَادِقَةِ.

“Beliau seorang yang dermawan, memiliki akhlaq terpuji, berpostur  gagah, dicintai rakyat dan tegas kepada orang-orang  Zindiq (orang yang mengaku beriman namun hakekat aqidahnya adalah kekufuran-Pent)”(Ibid)

Beliau dekat dengan para ulama’ ahlul hadist. Oleh sebab itu , beliau menjadi seorang pemimpin yang berilmu yang dapat mengetahui hadist yang didustakan atas nama Rosulullah ﷺ. Khotib al-Bagdadi rohimahullah menceritakan dengan sanadnya :

قُدِمَ عَلَى الْمَهْدِيِّ بِعَشَرَةِ مُحَدِّثِينَ فِيهِمُ الْفَرَجُ بْنُ فَضَالَةَ، وَغِيَاثُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، وَغَيْرُهُمْ. وَكَانَ الْمَهْدِيُّ يُحِبُّ الْحَمَامَ وَيَشْتَهِيهَا، فَأُدْخِلَ عَلَيْهِ غِيَاثُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ فَقِيلَ لَهُ حَدِّثْ أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، فَحَدَّثَهُ بِحَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ «لا سَبْقَ إِلا فِي حَافِرٍ أَوْ نَصْلٍ» وَزَادَ فِيهِ «أَوْ جَنَاحٍ» فَأَمَرَ لَهُ الْمَهْدِيُّ بِعَشَرَةِ آلافٍ، قَالَ فَلَمَّا قَامَ قَالَ: أَشْهَدُ أَنَّ قَفَاكَ قفا كذاب عَلَى رَسُول اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَإِنَّمَا اسْتَجْلَبْتُ ذَاكَ أَنَا. فَأَمَرَ بِالْحَمَامِ فَذُبِحَتْ، فَمَا ذَكَرَ غِيَاثًا بَعْدَ ذَلِكَ.

“Didatangkan kepada al-Mahdi sepuluh ahli hadist, diantaranya al-Faroj bin Fudholah, Ghiyats bin Ibrohim, dan lain-lain. Al-Mahdi sangat senang dan hobby dengan  burung merpati. Maka didatangkanlah Ghiyats bin Ibrohim dan dikatakan kepadanya ’khabarkanlah hadist kepada amirul mukminin!’  Lalu diapun mengabarkan hadist Abi Huroiroh:

لا سَبَقَ إِلا فِي حَافِرٍ أَوْ نَصْلٍ

“Tidak ada  hadiah perlombaan kecuali dalam pacuan kuda atau memanah.”(HR.Ibnu Hibban : 4689)

Dan dia menambah kalimat «أَوْ جَنَاحٍ» ( atau perlombaan merpati). Maka Al-Mahdi memerintahkan untuk memberinya sepuluh ribu dirham. Setelah dia pergi lalu beliau berkata,’Aku bersaksi bahwasanya pribadimu adalah pribadi pendusta kepada Rosulullah  ﷺ, namun akulah yang menyebabkannya demikian.’ Lalu dia memerintahkan menyembelih merpati dan tidak menyebut-nyebut Ghiyats lagi setelah itu.”(Tarikh Baghdad: 12 /320, Tahqiq Musthofa Abdul Qodir Atho, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut, cet. Pertama, 1417 H, Via Maktabah Syamelah)

Dalam riwayat lain kisah ini, Ghiyats mengatakan:

لا سبق إلا في حافر أو خف أو جناح

“Tidak ada hadiah perlombaan kecuali dalam pacuan kuda, pacuan unta atau balapan merpati”
Setelah Al-Mahdi memberinya sepuluh ribu dirham, Ghiyats pergi lalu Al-Mahdi mengatakan,”Aku bersaksi bahwasanya pribadimu adalah pribadi pendusta kepada Rosulullah  ﷺ. Rosulullah  ﷺ tidak mengucapkan ‘janah’ (sayap atau balapan merpati)’, akan tetapi dia ingin menjilat kepadaku.” (Ibid: 12/321)

MUTIARA KISAH

1.    Seorang kepala negara itu selayaknya berpengetahuan agama yang luas agar dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk bagi diri dan rakyatnya, sebagaimana al-Mahdi yang mengetahui perbuatan Ghiyats yang memalsukan hadist, kalau dia tidak tahu tentang hadist tersebut tentu dia tidak tahu kesalahan Ghiyats.

2.    Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang dekat dengan ulama’ sehingga dia menjadi pribadi yang berilmu, seperti yang dilakukan oleh Al-Mahdi yang selalu menghadirkan para ulama’ hadist.

3.    Pemimpin yang ideal juga seharusnya menjauhi para perusak agama dari kalangan kaum Zindiq, liberal, syi’ah dan pemalsu agama lainnya yang ingin mempengaruhinya dengan mengatasnamakan agama agar dia terhindar dari tindakan membela kesesatan dan kemusyrikan. Dia juga seharusnya menjauhi orang-orang yang suka menjilat, korupsi atau manipulasi demi kepentingan pribadinya agar dia dapat menjalankan roda pemerintahan dan memperhatikan rakyat dengan baik. Sebagaimana al-Mahdi menjauhi dan tidak menyebut-nyebut Ghiyats bin Ibrohim setelah beliau tahu bahwa Ghiyats adalah pemalsu hadist.

4.    Seseorang itu harus sadar dengan kesalahan dan mudah untuk rujuk kepada kebenaran bila dia melakukan kesalahan, bukan malah mencari kambing hitam dan kesalahan orang lain, sebagaimana al-Mahdi yang rujuk dari perbuatannya bermain merpati dan memerintahkan menyembelihnya karena perbuatan tersebut yang menyebabkan Ghiyats bin Ibrohim memalsu sebuah hadist.

5.    Meninggalkan perbuatan yang dapat menyebabkan orang lain berbuat keburukan sebagaimana al-Mahdi yang berhenti bermain merpati karena perbuatan itu membuat orang lain menjilat dan memalsukan hadist.

Rosulullah bersabda:

وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ، كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ، لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا»

“Dan barang siapa yang mengajak kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya. Tidaklah dosa itu mengurangi dosa mereka sedikitpun.”(HR. Muslim: 2674)

Syaikh Abdul Muhsin bin Hammad al-Abbad hafidzohullah berkata:

وقد أحسن الخليفة المهدي في تخلصه من الحمام الذي كان يلعب به لكونه سبباً في وقوع ذلك الرجل في هذه الورطة

“Dan Kholifah al-Mahdi telah berbuat kebaikan dengan meninggalkan permainan merpati karena ia menjadi sebab jatuhnya orang itu dalam keburukan ini.”(Limadza an-Nasyath al-Mahmum fi Ta’yidi Ikhtilathi jinsaini Fi Biladil Haromain hal. 5, Maktabah as-Syaikh bin Abdul Muhsin Al-Abbad edisi ke-5, www.islamspirit.com)

6.    Ucapan para ulama’Tentang Ghiyats bin Ibrohim an-Nakho’i.

Ahmad Bin Hanbal rohimahullahberkata:

غياث بن ابراهيم متروك الحديث ترك الناس حديثه

    “Ghiyats bin Ibrohim adalah matrukul  hadist, orang-orang meninggalkan hadistnya”

Yahya bin Main rohimahullah berkata:

غياث كذاب ليس بثقة ولا مأمون

“Giyats bin Ibrohim pendusta, tidak tsiqoh (tidak terpercaya) dan tidak jujur pula”(Aj-Jarh wa at-Ta’dil: 7/57, Ihya’ut Turots al –Arobi, Beirut, cet. Pertama, 1271 H/1952 M, Via Maktabah Syamelah)

Imam Bukhori rohimahullah berkata:

يُعَدُّ فِي الكُوفيين. تَرَكُوهُ.

“Tergolong penduduk Kuffah, mereka meninggalkannya.”(at-Tarikh al-Kabir:7/109, Dairotul Ma’arif al-Utsmaniyah, Haidarabat, Dakkan, via Maktabah Syamelah)

Al-Juzajani rohimahullah berkata:

غياث بْن إبراهيم- كان فيما سمعت غير واحد يقول- كان يضع الحديث
.
“Ghiyats bin Ibrohim, yang aku dengar kebanyakan mereka mengatakan bahwa dia biasa memalsukan hadist.”(Tarikh Baghdad:12/323, Tahqiq Musthofa Abdul Qodir Atho, Darul Kutub Ilmiyyah, Beirut, cet. Pertama, 1417 H, Via Maktabah Syamelah)

Sholih Jazaroh rohimahullah berkata:

كان يضع الحديث

“Dia biasa memalsukan hadist.”(Lisanul Mizan: 6/311, Tahqiq Abdul Fatah Abu Guddah, Darul Basya’ir al-Islamiyyah, cet. Pertama, 2002 M, Via Maktabah syamelah)

Oleh Abu Hasan as-Syihaby
Ba’da Isya’ di sudut barat laut kabupaten Lamongan Jatim, Sabtu, 18 Jumadil Ula 1437 H/ 27 Pebruari 2016 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullah atas kunjungan dan perhatian anda. Komentar yang bijak adalah kehormatan kami.