IMAM MALIK DAN ORANG MURJI’AH - Permata Salafus Sholih

Breaking

Meniti Aqidah dan Manhaj Para Nabi dan Salafus Sholeh

Anda diperbolehkan mengkopi paste ayat, hadist dan terjemahannya tanpa menyebutkan sumbernya serta diperbolehkan untuk menyebarkan artikel-artikel di blog ini dengan menyertakan sumbernya, namun anda dilarang menyebarkannya dengan mengeditnya dan mengakui sebagai tulisan anda dengan tujuan komersil atau non komersil

Minggu, 07 Februari 2016

IMAM MALIK DAN ORANG MURJI’AH

Imam Ibnu Batthoh rohimahullah menceritakan:

حَدَّثَنِي أَبُو صَالِحٍ مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ , وَأَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْحُسَيْنِ , قَالَا: حَدَّثَنَا الْفِرْيَابِيُّ , قَالَ: حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُنْذِرِ الْحِزَامِيُّ , قَالَ: حَدَّثَنَا مَعْنُ بْنُ عِيسَى , قَالَ: انْصَرَفَ مَالِكُ بْنُ أَنَسٍ يَوْمًا مِنَ الْمَسْجِدِ , وَهُوَ مُتَّكِئٌ عَلَى يَدَيَّ قَالَ: فَلَحِقَهُ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ: أَبُو الْجُوَيْرِيَةِ , كَانَ يُتَّهَمُ بِالْإِرْجَاءِ , فَقَالَ:

يَا أَبَا عَبْدِ اللَّهِ اسْمَعْ مِنِّي شَيْئًا أُكَلِّمْكَ بِهِ , وَأُحَاجَّكَ , وَأُخْبِرْكَ بِرَأْيِي قَالَ: فَإِنْ غَلَبَتْنِي؟ قَالَ: فَإِنْ غَلَبْتُكَ اتَّبَعْتَنِي قَالَ: فَإِنْ جَاءَ رَجُلٌ آخَرُ , فَكَلَّمَنَا , فَغَلَبَنَا؟ قَالَ: نَتَّبِعُهُ , فَقَالَ مَالِكٌ: يَا عَبْدَ اللَّهِ ,  «بَعَثَ اللَّهُ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِدِينٍ وَاحِدٍ , وَأَرَاكَ تَنْتَقِلُ مِنْ دِينٍ إِلَى دِينٍ»

“Abu Sholih Muhammad bin Ahmad telah bercerita kepadaku, begitu pula Muhammad bin Al-Husain juga telah mengabariku, keduanya berkata,’Al-Firyabi telah bercerita kepada kami, dia berkata,’Ibrohim bin al-Mundzir al-Hizami telah bercerita kepadaku, dia berkata,’Ma’nu bin Isa telah menceritakan kepada kami,’Pada suatu hari Malik bin Anas pulang dari masjid, sedang kedua tangannya bersandar kepadaku, Ma’nu berkata,’maka beliau bertemu dengan seseorang yang biasa disebut Abu al-Juwairiyyah, yang dianggap sebagai orang murji’ah, maka orang itu berkata,’wahai Aba Abdillah, dengarkanlah sesuatu perkataan dariku yang akan membantahmu, dan memberitahumu tentang pendapatku, maka beliau berkata,’Bagaimana jika engkau mengalahkanku?, orang itu berkata,’Jika aku mengalahkanmu maka ikutlah kepadaku!, beliau lalu berkata,’Lalu bagaimana jika datang orang lain yang mendebat dan mengalahkan kita?, dia berkata,’Kita akan mengikutinya, Maka Malikpun berkata,’Wahai hamba Allah, Allah telah mengutus Muhammad shollallahu ‘alahi wa sallam dengan satu agama, sedangkan aku lihat engkau pindah dari satu agama ke agama yang lain.’”(al-Ibanah al-Kubro: 2/507, Daar ar-Royah li An-Nashr wa at-Tauzi’, Riyadh, 1415 H, via Maktabah Syamelah)

Faedah
  1. Para salaf membenci perdebatan dalam masalah agama.
  2. Kebenaran itu tidak ditentukan berdasarkan kemenangan dalam suatu perdebatan namun kebenaran itu berdasarkan al-Qur’an dan sunnah rosulullah shollallahu ‘alahi wa sallam yang shohih dengan pemahaman salafus sholih.
  3. Keistiqomahan salaf dalam memegang kebenaran.
  4. Sifat para ahli bid’ah adalah plin-plan, hanya ikut-ikutan dan taklid kepada nenek moyang atu pemimpin mereka yang senang menuruti hawa nafsunya dan tidak berpegang kepada dalil yang shohih.
  5. Para ahli bid’ah dan ahli ahwa’ melandaskan kebenaran itu berdasarkan perdebatan sehingga mereka selalu mencari celah agar dapat berdebat dengan ahlus sunnah.
  6. Orang ahli bid’ah dulu ketika kalah dalam berdebat mereka masih mau insaf, namun zaman sekarang malah mencari-cari bantahan lain yang lemah (jawa, ngeyel) dan memberikan julukan yang bukan-bukan kepada pihak yang memberikan hujjah yang benar dan tak terbantahkan.

oleh Abu Hasan as-Syhaby.

Mendung tipis  ba’da dzuhur di kawasan pantura kabupaten Lamongan, Jum’at, 27  Jumadis tsani  1436 H/17 April 20015 M



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullah atas kunjungan dan perhatian anda. Komentar yang bijak adalah kehormatan kami.