Do’a Mendengar Petir Atau Guntur (Bagian pertama) - Permata Salafus Sholih

Breaking

Meniti Aqidah dan Manhaj Para Nabi dan Salafus Sholeh

Anda diperbolehkan mengkopi paste ayat, hadist dan terjemahannya tanpa menyebutkan sumbernya serta diperbolehkan untuk menyebarkan artikel-artikel di blog ini dengan menyertakan sumbernya, namun anda dilarang menyebarkannya dengan mengeditnya dan mengakui sebagai tulisan anda dengan tujuan komersil atau non komersil

Rabu, 04 Januari 2017

Do’a Mendengar Petir Atau Guntur (Bagian pertama)

Ketika tiba musim hujan, salah satu fenomena yang terjadi di kampungku dan juga mungkin di seluruh kawasan di Indonesia adalah terdengarnya petir atau guntur yang sangat keras. Kadang suaranya membuat takut dan gemetar sebagian orang, terutama anak-anak. Bahkan saking takutnya, fitrah mereka sebagai manusia muncul, yaitu berdo’a.

Namun adakah do’a shohih yang di ajarkan oleh Rosulullah ﷺ atau hanya berupa atsar-atsar (riwayat-riwayat) para sahabat saja. Berikut pembahasannya:

Dalil Pertama

عَنْ عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ، وَالصَّوَاعِقَ قَالَ: " اللهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلَا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ "

Dari Abdullah bin Umar  عمر رضي الله عنهما, dia berkata,”Rosulullah ﷺ apabila mendengar petir dan halilintar beliau berdo’a:

اللهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلَا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ

‘Ya Allah, janganlah Engkau binasakan kami dengan kemarahan-Mu dan jangan pula Engkau hancurkan kami dengan siksa-Mu. Ampunilah kami sebelum itu.’”

TAKHRIJ HADIST

Dikeluarkan oleh  Ahmad dalam Musnad no. 5763, al-Bukhori dalam al-Adab Al-Mufrod no. 721 dengan kalimat بِصَعْقِكَ sebagai ganti بِغَضَبِكَ, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf no. 29217, Turmudzi dalam as-Sunan no. 2450, Ibnu Abi ad-Dunya dalam al-Mathor wa ar-Ro’d Wa al-Barq no. 99, an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubro no.10698 dan Amalul Yaum Wa Al-Lailah no.928, Abul Ya’la al-Mushili dalam Mu’jam no. 309 dan Musnad no. 5507, ad-Dulabi dalam Al-Kuna Wal Asma’ no. 1792, al-Khoro’iti dalam Makarimal Akhlaq no. 1008, At-Thobroni no. ad-Dua’ no.981 dan al-Mu’jam al-Kabir no. 13230, Ibnu as-Sunni dalam Amal al-Yaum wa al-Lailah no.303, Abu Syaikh al-Ashbahani dalam al-Adzomah: 4/1289, al-Hakim dalam al-Mustadrok no. 7772, al-Baihaqi dalam ad-Da’awat al-Kabir no. 370. Semuanya dari jalan Abdul Wahid bin Ziyad dari al-Hajjaj bin Arthoah dari Abu Mator dari Salim bin Abdullah dari bapaknya (Abdullah bin Umar bin Khottob)

Sisi cacat sanad hadist ini adalah:

1.    Al-Hajjaj bin Arthoah, diperselisihkan oleh para ulama’. Al-Hafidz Ibnu Hajar cenderung melemahkannya beliau berkata:

صدوق كثير الخطأ والتدليس

“Shoduq (jujur) tapi banyak kesalahan dan tadlis. (Taqribut Tahdzib  no.1119)
Namun dalam beberapa riwayat dia telah mengungkapkannya dengan ungkapan kalimat tahdist (haddatsana atau telah menceritakan kepada kami)

2.    Abu Mator, majhul hal (tidak diketahui keadaannya). Imam ad-Dzahabi berkata:
لا يدرى من هو
“Tidak diketahui siapa dia”(Mizanul I’tidal: 4/574 (10609))

Mutaba’ah Riwayat Ini

Riwayat ini mempunyai beberapa mutaba’ah, di antaranya:


1.    Diriwayatkan oleh  an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubro no. 10697 dan al-Hakim dalam al-Mustadrok no. 7772, dari jalan Abdul Wahid bin Ziyad dari Abu Mathor dari Salim bin Abdullah dari bapaknya (Abdullah bin Umar bin Khottob) tanpa al-Hajjaj bin Arthoah. Berikut lafadz Imam Nasa’i:

اللهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا غَضَبًا، وَلَا تَقْتُلْنَا نِقْمَةً وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ»

“Ya Allah janganlah Engkau binasakan kami dengan kemarahan dan kemurkaan, Ampunilah kami sebelum itu.”

Imam Al-Mizzi berkata tentang  jalur ini:

رَوَى عَنه: الحجاج بْن أرطاة (بخ ت سي) ، وعبد الواحد بْن زياد (سي) فِيمَا قِيلَ، والصحيح: عن عبد الواحد، عن الحجاج، عَنْهُ.

“Yang meriwayatkan darinya (Abi Mator) adalah al-Hajjah bin Artho’ah (Bukhori, Turmudzi, Nasa’i), dan Abdul Wahid bin Ziyad (Nasa’i) dalam suatu riwayat. Yang benar adalah dari Abdul Wahid dari Al-Hajjaj darinya (Abu Mator).” (Tahdzibul Kamal: 34/298)

2.    Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubro no. 6470, melalui  al-Hajjaj bin Artho’ah, telah menceritakan kepadaku Abu Mudzoffar, Dari Salim bin Abdillah, dari Bapaknya (Abdullah bin Umar bin Khottob).

أَخْبَرَنَا أَبُو الْحُسَيْنِ بْنُ الْفَضْلِ الْقَطَّانُ بِبَغْدَادَ، أنبأ أَبُو سَهْلِ بْنُ زِيَادٍ الْقَطَّانُ، ثنا إِسْحَاقُ بْنُ الْحَسَنِ الْحَرْبِيُّ، ثنا عَفَّانُ، ثنا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ، ثنا حَجَّاجُ بْنُ أَرْطَاةَ، حَدَّثَنِي أَبُو مُظَفَّرٍ، عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: " كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ وَالصَّوَاعِقَ قَالَ: " اللهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلَا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ "

Telah mengabarkan kepadaku Abul Husain bin al-Fadhl al-Qotthon di Baghdad, telah menceritakan Abu Sahl bin Ziyad al-Qotthon, telah menceritakan kepada kami Ishaq bin al-Hasan al-Harbi, telah menceritakan kepada kaimi Affan, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid bin Ziyad, telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Artho’ah,telah menceritakan kepadaku Abu Mudhoffar, dari Salim bin Abdillah, dari Ayahnya, dia berkata,”Rosulullah ﷺ ketika mendengar guntur dan halilintar beliau berdo’a :

اللهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلَا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ

‘Ya Allah, janganlah Engkau binasakan kami dengan kemarahan-Mu dan jangan pula Engkau hancurkan kami dengan siksa-Mu. Ampunilah kami sebelum itu.” (HR. al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubro no. 6470, Darul Kutub ilmiyyah, Beirut, Libanon, cet. Ketiga, 1424 H/2003 M, Maktabah Syamelah)

Barangkali Abu Mudoffar dalam jalur ini adalah tas-hif (kesalahan tulis) karena riwayat Imam Baihaqi sendiri dalam Ad-Da’awat al-Kabir  bukan Abu Mudhoffar tapi Abu Mathor, apalagi didukung riwayat-riwayat yang lain.

Aku juga mendapatkan Abu Mator bukan Abu Mudzoffar dalam cetakan Majlis Da’irotul Ma’arif an-Nidzomiyyah, Haidarabad, India, cet pertama, 1344 H, Maktabah al-Qirthosi. Wallahu A’lam bish showab.

3.    Dikeluarkan oleh Ibnul Muqri’ Dalam ats-Tsalits ‘Asyar min  Fawaidnya no.109, melalui Al-Hajjaj bin Artho’ah, telah menceritakan kepadaku Abu Qothon, dari Salim bin Abdillah dari bapaknya.

حَدَّثَنَا أَبُو يَعْلَى الْمَوْصِلِيُّ، ثنا نُعَيْمُ بْنُ الْهَضِيمِ، ثنا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ، عَنِ الْحَجَّاجِ بْنِ أَرْطَأَةَ، حَدَّثَنِي أَبُو قَطَنٍ، أَنَّهُ سَمِعَ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ، يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ وَالصَّوَاعِقَ، قَالَ: «اللَّهُمَّ لا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ»

Telah menceritakan kepada kami Abu Ya’la al-Maushili, telah menceritakan kepada kami Nu’aim bin al-Hadhim, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid bin Ziyad, dari al-Hajja bin Ar-Tho’ah, telah menceritakan kepadaku Abu Qothon, bahwasanya dia mendengar Salim bin Abdillah menceritakan dari bapaknya Rodhiyallahu anhu, dia berkata,” Kebiasaan Rosulullah  ketika mendengar guntur dan Halilintar, beliau berdo’a:

اللَّهُمَّ لا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ، وَلا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ، وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ

‘Ya Allah, janganlah Engkau binasakan kami dengan kemarahan-Mu dan jangan pula Engkau hancurkan kami dengan siksa-Mu. Ampunilah kami sebelum itu.”( Ats-Tsalits ‘Asyar min  Fawaid no.109)

Orang yang bernama Abu Qothon -sepengetahuanku- adalah Amr bin al-Haitsam bin Qothon al-Bashri wafat 198 H umur 77 tahun (Tahdzibul Kamal:22/283). Jadi dia lahir kira-kira tahun 121 H, sedangkan Salim bin Abdulllah bin Umar tinggal di Madinah, wafat tahun 106 H, sehingga tidak ada kemungkinan bertemu. Wallahu a’lam.

Abu Qothon dalam jalur riwayat ini juga barangkali adalah tas-hif (kesalahan), karena riwayat ini jalurnya melalui Abu Ya’la al-Mushili, sedangkan riwayat Abu Ya’la sendiri dalam Mu’jam  no. 309 dan Musnad no. 5507 bukan Abu Qothon tapi Abu Mathor. Begitu pula dalam riwayat Ibnu Sunni dalam Amal al-Yaum Wa al-Lailah no.303 dan Abu Syaikh al-Ashbahani dalam al-Adzmah: 4/1289 melalui Abu Ya’la bukan Abu Qothon tapi Abu Mathor. Wallahu a’lam

4.    Dikeluarkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam al-Istidzkar : 8/ 589-590, melalui Abdul Wahid bin Ziyad, dari Abu Muthorrif, dari Salim, dari Ibnu Umar, serta melalui Abdul Wahid bin Ziyad dari al-Hajjaj, dari  Abu Muthorrif  bahwasanya dia mendengar Salim bin Abdullah bin Umar, dari Abdullah bin Umar.

حَدَّثَنَا بِهِ أَبُو مُحَمَّدٍ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَسَدٍ حَدَّثَنَا حَمْزَةُ بْنُ مُحَمَّدٍ قَالَ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ شُعَيْبٍ قَالَ أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ بْنِ حَرْبٍ قَالَ حَدَّثَنَا سِنَانُ بْنُ حَاتِمٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ زِيَادٍ عَنْ أَبِي مطرف عن سالم عن بْنَ عُمَرَ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ وَالْبَرْقَ قَالَ اللَّهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا غَضَبًا وَلَا تَقْتُلْنَا نِقْمَةً وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ

Telah menceritakan kepada kami Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad bin Asad, telah menceritakan kepada kami Hamzah bin Muhammad, dia berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Syu’aib, dia berkata telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ali bin Harb, dia berkata telah meneceritakan kepada kami Sinan bin Hatim, dia berkata telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid bin Ziyad dari Abi Muthorrif, dari Salim, Dari Ibnu Umar, dia berkata,” Biasanya Rosulullah ketika mendengar guntur dan petir beliau berdo’a:

قَالَ اللَّهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا غَضَبًا وَلَا تَقْتُلْنَا نِقْمَةً وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ

“Ya Allah janganlah Engkau binasakan kami dengan kemarahan dan kemurkaan, Ampunilah kami sebelum itu.”(HR. Ibnu Abdil Bar dalam al-Istidzkar : 8/ 589)

قَالَ أَحْمَدُ بْنُ شُعَيْبٍ وَحَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدِ الْوَاحِدِ بْنِ زِيَادٍ عَنِ الْحَجَّاجِ عَنْ أَبِي مُطَرِّفٍ أَنَّهُ سَمِعَ سَالِمَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِيهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ الله إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ وَالصَّوَاعِقَ قَالَ اللَّهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ وَلَا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ

Ahmad bin Syu’aib berkata dan telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, dia berkata telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid bin Ziyad dari al-Hajjaj, dari Abi Muthorrif bahwasanya dia mendengar Salim bin Abdullah bin Umar menceritakan dari bapaknya, dia berkata,”Rosulullah jika mendengar guntur dan petir, beliau berdo’a:

اللَّهُمَّ لَا تَقْتُلْنَا بِغَضَبِكَ وَلَا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ

‘Ya Allah, janganlah Engkau binasakan kami dengan kemarahan-Mu dan jangan pula Engkau hancurkan kami dengan siksa-Mu. Ampunilah kami sebelum itu.’”( HR. Ibnu Abdil Bar dalam al-Istidzkar : 8/ 589-590)


Orang yang berkun-yah Abu Muthorrif  dan kemungkinan sezaman dengan Salim bin Abdullah bin Umar adalah:
a.    Ubaidillah bin Tholhah bin Ubaidillah bin Kuroiz al-Khuza’i, wafat antara tahun 131-140 H, tsiqoh. Meriwayatkan dari Hasan al-Bashri, Muhammad bin Muslim Ibnu Shihab az-Zuhri, Muhammad bin Ali al-Hasyimi. (Tarikh al-Islam: 3/291)
b.    Muharib bin Ditsar As-Sudusi, ad-Dzuhli, al-Kufi wafat 116 H, tsiqoh. Meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, Jabir bin Abdillah. (Siyar A’lamin Nubala’ no. 89)

Dari kedua orang tersebut penulis belum mendapatkan keterangan bahwa salah satunya atau ketiganya meriwayatkan dari Salim bin Abdullah (W. 106 H), sehingga kesimpulannya Abu Muthorrif dalam sanad ini belum diketahui secara pasti.

Ada kemungkinan pula bahwa Abu Muthorrif  dalam sanad ini tas-hif, yang benar adalah Abu Mator berdasarkan banyaknya riwayat melalui Abu Mator dan berdasarkan perkataan Imam Turmudzi, wallahu a’lam:
هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ، لاَ نَعْرِفُهُ إِلاَّ مِنْ هَذَا الوَجْهِ.
“Ini adalah Hadist ghorib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini.”(Sunan Turmudzi:5/380)

5.    Dikeluarkan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf no.29210 dan 29215, dari Waki’ dan al-Fadl bin Dukain, keduanya dari Ja’far bin Burqon , secara mursal, dikeluarkan pula oleh Ibnu Jarir at-Thobari dalam tafsirnya no. 20259  dari al-Hasan bin Muhammad dari Hisyam bin Katsir dari Ja’far  bin Burqon juga secara  mursal.
6.    Dikeluarkan oleh Abdur Rozzaq dalam Tafsirnya no.1442, dengan lafadz:

عَنْ مَعْمَرٍ , عَنْ جَعْفَرِ بْنِ بُرْقَانَ أَنَّهُ بَلَغَهُ , عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَمِعَ الرَّعْدَ , قَالَ: «اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا سَخَطَكَ , وَلَا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ , وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ
»
Dari Ma’mar, dari Ja’far bin Burqon bahwasanya telah sampai kepadanya, dari Hudzaifah, jika dia mendengar guntur dia berdo’a:

اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا سَخَطَكَ , وَلَا تُهْلِكْنَا بِعَذَابِكَ , وَعَافِنَا قَبْلَ ذَلِكَ

“Ya Allah janganlah Engkau timpakan kepada kami kemarahan-Mu, dan janganlah Engkau hancurkan kami  dengan siksa-Mu,  Ampunilah kami sebelum itu.”( Mushonnaf Ibni Abi Syaibah no.29210 dan 29215)

Riwayat ini, dari Ma’mar dari Ja’far bin Burqon dari Hudaifah bin Yaman secara mauquf. Sanad hadist ini mu’dhol karena terputusnya jarak antara Ja’far bin Burqon, wafat tahun 154 H (Mizanul I’tidal: 1/403) dan Hudzaifah, wafat 63 H. (Tafsir Abdur Rozzaq no.1442)

Oleh sebab itu, jalur-jalur riwayat ini semuanya tidak bisa mengangkat keshohihan hadist. Wallahu A’lam bish Showab.

Penilaian Ulama’ Tentang Hadist Ini

Para Ulama’ berbeda pendapat dalam menilai hadist ini.

1.    Hadist ini dishohihkan oleh Imam Al-Hakim dan disepakati oleh dzahabi dalam talhis (al-Mustadrok no. 7772), dishohihkan pula oleh syaikh Ahmad Syakir dalam ta’liq Musnad Imam Ahmad no. 5763. Hadist ini dinilai Hasan oleh al-Iroqi dalam Takhrij Ahadistil Ihya’ no. 1060. Dinilai jayyid (bagus) oleh al-Munawi dalam Kasyful Manahij no. 1092.

2.    Hadist ini didho’ifkan oleh Turmudzi, Imam Nawawi dalam Khulashotul Ahkam no. 3148, Ibnu Hajar al-Asqolani dalam Nataijul Afkar Fi Takhrij Ahaditsil Adzkar (5/141),  Syaikh al-Albani dalam Silsilah Ahadist ad-Dhoifah no. 1042, dan  Syu’aib al-Arnauth dalam tahqiq Musnad Ahmad  no. 5763.

Yang lebih rojih adalah pendapat kedua dengan pertimbangan analisa yang kurang sempurna di atas. wallahu a’lam.

Selain ini ada juga beberapa atsar sahabat. Dapat dilihat di postingan berikut: Bagian kedua

Oleh Abu Hasan as-Syihaby
Sore nan cerah di kawasan pantura kabupaten Lamongan Jatim, Selasa, 27 Robi’ul Awwal 1438 H/ 27 Desember 2016 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullah atas kunjungan dan perhatian anda. Komentar yang bijak adalah kehormatan kami.