IMAM AHMAD رحمه الله MEMBUNGKAM SYUBHAT MU’TAZILAH DAN JAHMIYAH - Permata Salafus Sholih

Breaking

Meniti Aqidah dan Manhaj Para Nabi dan Salafus Sholeh

Anda diperbolehkan mengkopi paste ayat, hadist dan terjemahannya tanpa menyebutkan sumbernya serta diperbolehkan untuk menyebarkan artikel-artikel di blog ini dengan menyertakan sumbernya, namun anda dilarang menyebarkannya dengan mengeditnya dan mengakui sebagai tulisan anda dengan tujuan komersil atau non komersil

Sabtu, 06 Februari 2016

IMAM AHMAD رحمه الله MEMBUNGKAM SYUBHAT MU’TAZILAH DAN JAHMIYAH

Kaum pembela kebatilan akan selalu berusaha untuk memadamkan kebenaran, di manapun dan kapanpun mereka mampu. Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala akan selalu mengirimkan hamba-hamba-Nya yang akan membungkam mereka  dengan hujjah yang akurat , kuat  tak terbantahkan untuk memadamkan kebatilan mereka.


Kaum Mu’tazilah dan Jahmiyyah pada masa  al-Makmun dan al-Mu’tashim dengan bantuan kedua kholifah Bani Abbasiyah tersebut berusaha memaksakan faham bahwa al-Qur’an itu makhluk. Maka mereka membuat makar dengan menyiksa, memenjarakan bahkan membunuh siapapun termasuk para ulama’ yang tidak memenuhi seruan bahwa al-Qur’an itu makhluk.


Mereka juga membuat syubhat-syubhat dari al-Qur’an yang mereka paksakan agar sesuai dengan pemikiran mereka tersebut. Namun Ulama’-ulama’ ahlus Sunnah tetap tegar dan tidak kehilangan akal dalam membantah syubhat-syubhat mereka. Imam Ahmad bin Hanbal رحمه الله adalah termasuk ulama’ yang tegar dalam pendirian dalam membela aqidah ahlus sunnah wal jama’ah bahwa al-Qur’an itu kalamullah bukan makhluk. Sekalipun  beliau disiksa dan dipenjara namun beliau masih mampu membungkam hujjah-hujjah mereka.


Sholih  putra Imam Ahmad menceritakan:


لما كان فى شَهر رمضان سنة تسع عَشرة, حُوِّلتُ إلى دار إسحاق بن إبراهيم, يُوجّه إلىّ فى كل يومٍ برجلين؛ أحدهما يقال له: أحمد بن رَبَاح, والآخر: أبو شُعيب الحَجّام, فلا يَزالان يُناظرانى, حتى إذا أرادا الانصراف دُعى بقيد فزيد فى قيودى, فصار فى رجله أربعة أقياد, قال أبى: فلما كان فى اليوم الثالث دّخل علىّ أحد الرجلين فناظرنى, فقلت له: ما تَقول فى عِلم الله؟ قال: علم الله مَخلوق, فقلتُ له: كفرتَ, فقال الرسول الذى كانَ يَحضر من قِبل إسحاق بن إبراهيم: إن هذا رَسول أمير المؤمنين! فقلتُ له: إن هذا قد كفر, فلما كان فى الليلة الرابعة وَجّه - يعنى المعتصم - ببُغَا الذى كان يُقال له: الكبير, إلى إسحاق فأمره بحَملى إليه, فأدخلت إلى إسحاق, فقال: يا احمد, إنها والله نفسك, إنه لا يقتُلك بالسيف, إنه قد آلى إن لم تُجبه أن يَضربك ضَربًا بعد ضربٍ, وأن يُلقيك فى موضع لا تَرى فيه الشمس, أليس قد قال الله عز وجل: (إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا) أفيكون مجعولًا إلا مخلوقًا؟ فقلت له: قَد قال الله عز وجل: (فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَاكُولٍ) أفَخَلَقهم؟ قال: فسكت


”Ayahku berkata kepadaku,’ketika pada bulan Romadhon tahun ke-19 H (tanggal ke-17 atau ke-19) aku dipindahkan (dari penjara) ke rumah Ishaq bin Ibrohim, tiap hari ada dua orang yang didatangkan kepadaku yaitu Ahmad bin Robah dan Abu Syu’aib bin Hajjam, maka mereka berdua selalu mendebatku. Sampai ketika keduanya hendak pulang, diambillah rantai lalu ditambahkan untuk membelengguku.’ Maka kaki beliau dibelenggu empat rantai, ayahku berkata,’Maka pada hari ketiga, masuklah salah seorang dari keduanya lalu mendebatku, Maka aku bertanya kepadanya,’Bagaimana pendapatmu tentang ilmu Allah?’ maka dia menjawab,’Ilmu Allah adalah makhluk,’ maka aku berkata kepadanya,’Engkau telah kafir.’ Maka berkatalah utusan yang datang dari pihak Ishaq bin Ibrohim,’ini adalah utusan amirul mukminin,’ maka aku katakan kepadanya,’sesungguhnya dia telah kafir.’ (dalam riwayat lain, aku katakan,’sesungguhnya orang ini mengaku bahwa ilmu Allah itu makhluk, maka dia melihat temannya seolah-olah mengingkarinya lalu dia pergi. Lalu ayahku berkata,’ Nama-nama Allah itu di dalam al-Qur’an sedangkan al-Qur’an itu termasuk ilmu Allah, maka barang siapa yang menyatakan bahwa al-Qur’an itu makhluk maka dia kafir dan barang siapa yang menyatakan bahwa Nama-nama Allah itu makhluk maka dia telah kafir.’  Lalu ayahku berkata,’ketika hari keempat al-Mu’tashim mengirimkan Bugho yang terkenal dengan sebutan al-Kabir kepada Ishaq lalu memerintahkannya untuk membawaku kepadanya. Maka akupun dipertemukan dengan Ishaq, dia  berkata,’Wahai Ahmad, demi Allah ini adalah dirimu, sesungguhnya dia (al-Mu’tashim) tidak akan membunuhmu dengan pedang, dia telah bersumpah jika kamu tidak memenuhi seruannya (mengatakan al-Qur’an itu makhluk-pent) maka dia akan terus menerus memukulimu dan akan memasukkanmu ditempat yang tidak ada sinar matahari, bukankah Allah Azza wa Jalla telah berfirman:


إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا


‘Sesungguhnya Kami telah menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab.’ (QS. Az-Zukhruf (43): 3)


bukankah sesuatu yang dijadikan  (maj’ul) itu makhluk,’ maka aku berkata kepadanya,’Allah Azza wa Jalla telah berfirman:


فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَاكُولٍ


“Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat).” (QS. Al-Fiil (105): 5)


Apakah berarti Dia menciptakan mereka (pasukan gajah-pent)’” (maksudnya apakah berarti ketika Allah Azza wa Jalla membuat pasukan gajah seperti daun-daun yang dimakan ulat berarti Dia sedang menciptakan mereka menjadi makhluk-pent), maka dia pun terdiam.’”(Manaqib al-Imam Ahmad oleh Ibnul Jauzi hal. 432, Siroh al-Imam Ahmad oleh Sholih bin Ahmad hal. 52-53, Hilyatul Auliya’ wa Thobaqotul Ashfiya’: 9/197, Maktabah Syamelah)


TAMBAHAN FAEDAH


Untuk memperjelas hujjah yang disampaikan Imam Ahmad dalam mematahkan dalil yang dipakai Mu’tazilah bahwa al-Quran itu makhluk (QS. Az-Zukhruf (43): 3) maka berikut adalah penjelasan Ibnu Abdil Izz al-Hanafi rohimahullah dalam kitab “Syarhul Aqidah ath-Thohawiyah”.


Ibnu Abdil Izz al-Hanafi rohimahullahberkata:


وَأَمَّا اسْتِدْلَالُهُمْ بِقَوْلِهِ تَعَالَى: {إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا} [الزُّخْرُفِ: 3]، فَمَا أَفْسَدَهُ مِنِ اسْتِدْلَالٍ! فَإِنَّ "جَعَلَ" إِذَا كَانَ بِمَعْنَى خَلَقَ يَتَعَدَّى إِلَى مَفْعُولٍ وَاحِدٍ، كَقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ} [الْأَنْعَامِ: 1]، وَقَوْلِهِ تَعَالَى: {وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ} [سورة الأنبياء: 30] , {وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ} [سورة الأنبياء: 31]. {وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَحْفُوظًا} [سورة الْأَنْبِيَاءِ: 32]. وَإِذَا تَعَدَّى إِلَى مَفْعُولَيْنِ لَمْ يَكُنْ بِمَعْنَى خَلَقَ، قَالَ تَعَالَى: {وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا} [سورة النَّحْلِ: 91]. وَقَالَ تَعَالَى: {وَلَا تَجْعَلُوا اللَّهَ عُرْضَةً لِأَيْمَانِكُمْ} [سورة الْبَقَرَةِ: 224]. وَقَالَ تَعَالَى: {الَّذِينَ جَعَلُوا الْقُرْآَنَ عِضِينَ} [سورة الْحِجْرِ: 91] , وَقَالَ تَعَالَى: {وَلا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ} [سورة الْإِسْرَاءِ: 29] وَقَالَ تَعَالَى: {وَلَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ} [الْإِسْرَاءِ: 39]. وَقَالَ تَعَالَى: {وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا} [الزُّخْرُفِ: 19]. وَنَظَائِرُهُ كَثِيرَةٌ. فَكَذَا قَوْلُهُ تَعَالَى: {إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا} [سورة الزُّخْرُفِ: 3].


“Adapun cara berdalil mereka dengan Firman Allah Ta’ala:




إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا


‘Sesungguhnya Kami telah menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab.’ (QS. Az-Zukhruf (43): 3)


Maka alangkah buruknya cara berdalil mereka, Sesungguhnya جَعَلَ (menjadikan) jika bermakna خَلَقَ (menciptakan) maka harus berbentuk Fi’il (kata kerja) yang memerlukan satu obyek, seperti Firman Allah Ta’ala:


وَجَعَلَ الظُّلُمَاتِ وَالنُّورَ


‘Dan Allah telah menjadikan kegelapan dan cahaya.’ (QS. Al-An’am (6): 1)


atau Firman Allah Ta’ala:


وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ


‘Dan dari air Kami telah menjadikan segala sesuatu yang hidup. Maka kenapa mereka tidak beriman?’ (QS. al-Anbiya’ (21): 30)


atau Firman Allah Ta’ala:


وَجَعَلْنَا فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِهِمْ وَجَعَلْنَا فِيهَا فِجَاجًا سُبُلًا لَعَلَّهُمْ يَهْتَدُونَ




‘Dan Kami telah menjadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan Kami telah menjadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.’ (QS. al-Anbiya’ (21): 31)



atau Firman Allah Ta’ala:


وَجَعَلْنَا السَّمَاءَ سَقْفًا مَحْفُوظًا


‘Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terjaga.’ (QS. al-Anbiya’ (21): 32)


Dan jika Fi’ilnya (kata kerjanya) memerlukan dua obyek maka tidak bermakna خَلَقَ (menciptakan), Allah Ta’ala berfirman:


وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا


‘Dan janganlah kamu membatalkan sumpah setelah menetapkannya padahal engkau telah menjadikan Allah sebagia penjamin.’(QS. An-Nahl (16): 91)


atau firman Allah Ta’ala:


وَلَا تَجْعَلُوا اللَّهَ عُرْضَةً لِأَيْمَانِكُمْ


‘Dan janganlah kamu menjadikan Allah sebagai penghalang bagi sumpah-sumpah kalian.’ (QS. al-Baqoroh (2): 224)


atau firman Allah Ta’ala:


الَّذِينَ جَعَلُوا الْقُرْآَنَ عِضِينَ


‘Yaitu orang-orang yang telah menjadikan al-Qur’an terbagi-bagi.’ (QS. al-Hijr (15): 91)


atau firman Allah Ta’ala:


وَلا تَجْعَلْ يَدَكَ مَغْلُولَةً إِلَى عُنُقِكَ


‘Dan janganlah engkau jadikan tangan kalian terbelenggu di lehermu.’ (QS. al-Isro’ (17):29)


atau firman Allah Ta’ala:


وَلَا تَجْعَلْ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ


‘Dan janganlah engkau menjadikan sesembahan yang lain di sisi Allah.’ (QS. al-Isro’ (17): 39)


atau firman Allah Ta’ala:


وَجَعَلُوا الْمَلَائِكَةَ الَّذِينَ هُمْ عِبَادُ الرَّحْمَنِ إِنَاثًا


‘Dan mereka menjadikan para malaikat yang merupakan Ibadur Rohman sebagai perempuan.’ (QS. az-Zukhruf (43): 19)


Dan ayat ayat yang sejenis banyak sekali, termasuk pula firman Allah Ta’ala:


إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآَنًا عَرَبِيًّا


‘Sesungguhnya Kami telah menjadikan Al Quran dalam bahasa Arab.’ (QS. Az-Zukhruf (43): 3)” (Syarh al-Aqidah at-Thohawiyah hal. 174, 1426 H, Darus Salam li ath-thiba’ah wa an-Nashr, cet. Mesir pertama, via Maktabah Syamelah)


oleh Abu Hasan as-Syihaby


Menjelang matahari terbit di belahan utara Kabupaten Lamongan, Jawa Timur, Indonesia, Jum’at, 25 Robi’uts Tsani 1437 H/05 Pebruari 2016 M



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullah atas kunjungan dan perhatian anda. Komentar yang bijak adalah kehormatan kami.