AT-TATSWIB DI KAMPUNGKU - Permata Salafus Sholih

Breaking

Meniti Aqidah dan Manhaj Para Nabi dan Salafus Sholeh

Anda diperbolehkan mengkopi paste ayat, hadist dan terjemahannya tanpa menyebutkan sumbernya serta diperbolehkan untuk menyebarkan artikel-artikel di blog ini dengan menyertakan sumbernya, namun anda dilarang menyebarkannya dengan mengeditnya dan mengakui sebagai tulisan anda dengan tujuan komersil atau non komersil

Minggu, 27 Maret 2016

AT-TATSWIB DI KAMPUNGKU

Di kampungku, ketika menjelang petang, seusai dikumandangkannya adzan Maghrib, terdengarlah kidung sya’ir dari atas pengeras suara musholla-musholla sekitar masjid tempatku berada.

“Muslimin muslimat monggo jama’ah sholat, ganjaranipun pitu likur derajat. Kangge sangu mbenjang wonten akhirat, supados kito, angsal syafa’at.” (Muslimin muslimat ayo berjama’ah sholat, pahalanya dua puluh tujuh derajat.  Buat bekal nanti di akhirat supaya kita mendapat syafa’at)

Demikian kidung senja itu terdengar, suaranya menggema bersaut-sautan dan kadang masih terdengar sampai ketika sholat berjama’ah di tempatku ditegakkan.

Kalau diperhatikan kalimat-kalimat dalam kidungan itu adalah ajakan untuk menunaikan sholat berjama’ah, sehingga bisa dikatakan dalam istilah syari’at sebagai at-Tatswib. Lalu apa sebenarnya at-Tatswib itu?

PENGERTIAN TATSWIB

Al-Khottobi رحمه الله berkata:

ومعنى التثويب الإعلام بالشيء والإنذار بوقوعه. وأصله أن يلوح الرجل لصاحبه بثوبه فيديره عند الأمريرهقه من خوف أو عدو، ثم كثر استعماله في كل اعلام يجهر به صوت، وإنما سميت الإقامة تثويبا لأنها إعلام بإقامة الصلاة والأذان إعلام بوقت الصلاة.

“Dan makna at-tatswib adalah pemberitahuan sesuatu dan mengingatkan kejadiannya, aslinyaو seseorang melambaikan pakaiannya kepada temannya untuk memberi isyarat, lau  memutarnya ketika ada perkara yang menekannya baik rasa takut atau musuh, kemudian penggunaannya banyak dipakai  pada setiap pemberitahuan dengan suara keras. Dan iqomat dinamakan tatswib karena ia adalah pemberitahuan telah ditegakkanya sholat, sedangkan adzan adalah pemberitahuan telah datangnya waktu sholat.”(Ma’alim as-Sunan: 1/100)

Imam Badrudin Al-Aini رحمه الله berkata:

وهو العَوْد إلى الإعلام بعد الإعلام،

“Dan dia (at-Tatswib) adalah pengumuman kembali setelah mengumumkan.”(Syarh Sunan Abi Dawud: 3/6)

Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad  حفظه اللهberkata:

والتثويب يراد به ثلاثة أمور: أحدها: الإقامة؛ فإن الإقامة يقال لها: تثويب، وقد سبق أن مر بنا الحديث الذي فيه هروب الشيطان عندما يسمع الأذان، فإذا فرغ قضي الأذان رجع، فإذا ثوب للصلاة -أي: نودي إلى الصلاة مرة أخرى بالإقامة- هرب، فأطلق على الإقامة أنها تثويب، وذلك أن التثويب هو رجوع إلى النداء وإلى الدعاء للصلاة؛ لأنه حصل أولاً الأذان ثم رجع إليه وثوب إليه، أي: رُجع إليه، من: (ثاب) إذا رجع، يقال: ثاب إلى رشده: إذا رجع إلى ما كان عليه من قبل من الرشد، فالإقامة يقال لها: تثويب.
الثاني: قول: (>الصلاة خير من النوم) في أذان الصبح، فيقال له: تثويب، وقيل له: تثويب لأنه عود إلى الدعوة، يعني: إلى المجيء إلى الصلاة؛ لأن قوله: (حي على الصلاة حي على الفلاح) دعوة، ثم إذا قال: الصلاة خير من النوم كان ذلك -أيضاً- عوداً إلى الدعوة مرة أخرى، ولكن بلفظ آخر، وهو أن ما تدعون إليه خير مما أنتم فيه وإن كان قد طاب لكم ولذ لكم الفراش.
ويطلق إطلاقاً ثالثاً: وهو ما أحدثه الناس بعد رسول الله صلى الله عليه وسلم، وهو أن المؤذن إذا استبطأ الناس بعد الأذان ينادي بين الأذان والإقامة فيقول: قد قامت الصلاة، حي على الصلاة، حي على الفلاح.

“At-Tatswib yang dimaksud itu ada tiga perkara :
Pertama : iqomat. Maka iqomat disebut tatswib. Telah berlalu pembahasan hadist tentang larinya syetan ketika mendengar adzan, ketika adzan selesai maka dia kembali. Dan ketika dikumandangkan tatswib yaitu dikumandangkan kembali panggilan sholat berupa iqomat maka dia lari. Maka iqomah disebut tatswib, karena tatswib itu kembali memanggil dan mengajak untuk sholat. Awalnya mengumandangkan adzan kemudian memanggil kembali atau menyerukan tatswib, artinya kembali,  dari kalimat tsaaba (ثاب) yang bermakna kembali, disebut tsaaba ila rusydihi (ثاب إلى رشده) atau kembali kepada kebenaran jika dia kembali (ruju’) kepada kebenaran yang pada awalnya dia berada di dalamnya. Oleh sebab itu iqomat disebut tatswib.
Kedua: Ucapan (الصلاة خير من النوم)  atau ucapan “sholat itu lebih baik daripada tidur” dalam adzan subuh disebut tatswib. Disebut tatswib karena kembali memanggil, yaitu untuk mendatangi sholat, karena ucapan (حي على الصلاة حي على الفلاح)  adalah panggilan kemudian dia mengucapkan (الصلاة خير من النوم)  adalah juga kembali memanggil lagi tetapi dengan lafadz lain yaitu bahwa perbuatan yang agar kalian melakukannya (sholat-pent) itu lebih baik daripada keadaan kalian meskipun kasur kalian itu nyaman dan enak.
Ketiga: adalah ucapan-ucapan yang dibuat-buat oleh orang-orang setelah Nabi ﷺ yaitu ketika orang-orang terlambat datang setelah adzan maka muadzin memanggil kembali di antara adzan dan iqomat seraya mengucapkan :

 قد قامت الصلاة، حي على الصلاة، حي على الفلاح.

‘Sholat telah tegak, marilah melaksanakan sholat, mari menuju keberuntungan.’(Syarh Sunan Abi Dawud:74/ 21)
Oleh sebab itu, maka kidungan yang ada di kampungku tersebut bisa dikatakan at-tatswib yaitu ajakan atau pengumuman  untuk melakukan sholat berjama’ah setelah ada ajakan berupa adzan.

TATSWIB YANG BID’AH

Entah fenomena kidungan di kampungku itu ada di kampung sebelah atau ada di belahan lain di nusantara ini, aku tidak tahu.

Namun, sebenarnya fenomena seperti ini jauh hari sudah ada di zaman sahabat. Umar bin Khottob  رضي الله عنهpernah mengingkarinya.

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرٍ قَالَ: حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ رُفَيْعٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ قَالَ: لَمَا قَدِمَ عُمَرُ، مَكَّةَ أَتَاهُ أَبُو مَحْذُورَةَ، وَقَدْ أَذَّنَ، فَقَالَ: الصَّلَاةَ يَا أَمِيرَ الْمُؤْمِنِينَ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، قَالَ: «وَيْحَكَ، أَمَجْنُونٌ أَنْتَ أَمَا كَانَ فِي دُعَائِكَ الَّذِي دَعَوْتَنَا مَا نَأْتِيكَ حَتَّى تَأْتِيَنَا»

“Abu Bakar telah menceritakan kepadaku, dia berkata,’Jarir telah bercerita kepadaku dari Abdul Aziz bin Rufai’, dari Mujahid, dia berkata,’Ketika Umar tiba di Mekkah maka beliau didatangi Abu Mahdzuroh setelah adzan , lalu dia berkata,’ as-sholah wahai amirul mukminin, mari sholat, mari sholat, mari menuju kemenangan, mari menuju kemenangan. Maka Umar berkata,’Celaka kamu, apakah kamu ini gila?! Apakah kami tidak datang dengan panggilanmu tadi, sampai kamu mendatangi kami?’”(HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnaf : 3514, seluruh perowinya tsiqoh. Dikeluarkan pula oleh Ibnul Mundzir dalam al-Awsath no. 1230 melalui jalan Ibnu Abi Syaibah. Riwayat ini mempunyai mutaba’ah yang diriwayatkan oleh al-Fakihi dalam Akhbaru Makkah no. 1327 melalui jalan Abdus Salam bin ‘Ashim yang  menurut Ibnu Hajar al-Asqolani dalam Taqrib at-Tahdzib  no.  4071, dia maqbul)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah al-Haroni رحمه الله berkata:

فأما التثويب في غيرها أو التثويب بين الندائين مثل أن يقول إذااستبطأ الناس حي على الصلاة حي على الفلاح أو الصلاة خير من النوم في الفجر أو غيرها أو يقول الصلاة الإقامة أو الصلاة رحمكم الله عند الإقامة أو بين النداءين فمكروه سواء قصد ذلك نداء الأمراء أو نداء أهل السوق أو غير ذلك

“Maka adapun at-tatswib pada selain adzan subuh atau at-tatswib diantara dua adzan seperti ucapan apabila orang-orang terlambat:

 ‘حي على الصلاة حي على الفلاح ‘

‘Mari melaksanakan sholat’ Atau ucapan:

 ‘الصلاة خير من النوم ‘

‘Sholat itu lebih baik daripada tidur.’ pada waktu adzan subuh atau yang lainnya atau mengucapkan:

 ‘الصلاة الإقامة ‘ 

‘Sholat telah tegak.’ Atau ucapan:

 ‘الصلاة رحمكم الله ‘

Sholat wahai yang dirohmati oleh Allah.’ ketika iqomat atau di antara dua adzan maka hal tersebut dibenci baik diniatkan untuk memanggil para amir atau memanggil orang-orang di pasar atau yang lainnya…(kemudian beliau menyebutkan beberapa riwayat termasuk riwayat di atas-pent).”(Syarh al-Umdah kitab as-Sholah hal. 109-110)

Begitu pula Abdullah bin Umar رضي الله عنهما mengingkarinya dan menganggabnya bid’ah.

عَنْ مُجَاهِدٍ، قَالَ: كُنْتُ مَعَ ابْنِ عُمَرَ فَثَوَّبَ رَجُلٌ فِي الظُّهْرِ أَوِ الْعَصْرِ، قَالَ: «اخْرُجْ بِنَا فَإِنَّ هَذِهِ بِدْعَةٌ»

Dari Mujahid, dia berkata,”Aku pernah bersama Ibnu Umar, maka ada orang yang mengucapkan tatswib pada waktu Dzuhur dan Ashar, maka beliau berkata,’Mari kita keluar karena ini adalah bid’ah.’”(HR. Abu Dawud dalam sunan : 538, at-Tobroni dalam al-Mu’jam al-Kabir no. 13486, al-Baihaqi dalam as-Sunan al-Kubro no. 1990, dinilai hasan oleh syaikh al-Albani dalam Irwa’ al-Gholil no. 236 dan Syau’aib al-Arnauth dalam tahqiq Sunan Abi Dawud)

Untuk memperjelas tentang tatswib yang diingkari oleh Ibnu Umar, berikut perkataan beberapa ulama’:

Imam Turmudzi  رحمه الله berkata:

وَقَدْ اخْتَلَفَ أَهْلُ العِلْمِ فِي تَفْسِيرِ التَّثْوِيبِ: فَقَالَ بَعْضُهُمْ: التَّثْوِيبُ أَنْ يَقُولَ فِي أَذَانِ الفَجْرِ الصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ، وَهُوَ قَوْلُ ابْنِ الْمُبَارَكِ، وَأَحْمَدَ.
وقَالَ إِسْحَاقُ، فِي التَّثْوِيبِ غَيْرَ هَذَا، قَالَ: هُوَ شَيْءٌ أَحْدَثَهُ النَّاسُ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ فَاسْتَبْطَأَ القَوْمَ قَالَ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ: قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ، حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، حَيَّ عَلَى الفَلاَحِ.
وَهَذَا الَّذِي قَالَ إِسْحَاقُ هُوَ التَّثْوِيبُ الَّذِي كَرِهَهُ أَهْلُ العِلْمِ، وَالَّذِي أَحْدَثُوهُ بَعْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

“Para ulama’telah berselisih tentang tafsir at-tatswib, sebagian mereka berkata,’At-tatswib adalah ucapan pada adzan subuh ‘الصَّلاَةُ خَيْرٌ مِنَ النَّوْمِ ‘ dan ini pendapat Ibnul Mubarok dan Ahmad. Sementara Ishaq bependapat tentang Tatswib selain ini, dia berkata,’Ia adalah ucapan yang dibuat-buat setelah Nabi ﷺ, apabila seorang muadzin adzan lalu orang-orang terlambat datang maka dia mengucapkan di antara adzan dan iqomat ucapan:
 ‘قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ، حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، حَيَّ عَلَى الفَلاَحِ’. 
Dan yang dikatakan Ishaq inilah tatswib yang dibenci oleh ahlul ilmi (para Ulama’) dan yang dibuat-buat setelah Nabi ﷺ.” (al-Jami’ul Kabir: 1/271)

Dalam mengomentari ucapan Imam Turmudzi, Ibnu Sayyidin Naas Al-Ya’muri  رحمه الله berkata:

والذي يظهر من كلام الترمذي أن مراد ابن عمر عنده التثويب الذي حكاه عن إسحاق من قول المؤذن إذا استبطأ القوم بين الأذان والإقامة قد قامت الصلاة حي على الصلاة حي على الفلاح.
وقوله في آخر الخبر: إنما كره عبد الله التثويب الذي أحدثه الناس اليوم يحتمل ما أحدث الناس في لفظ التثويب مما لم يكن
.
“Yang nampak dari ucapan Imam Turmudzi adalah bahwa maksud Ibnu Umar menurutnya adalah at-tatswib yang dia ceritakan dari Ibnu Ishaq yaitu ketika orang-orang terlambat datang, seorang muadzin di antara adzan dan iqomat mengucapkan:
 ‘قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ، حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ، حَيَّ عَلَى الفَلاَحِ’.
Dan di akhir khobar, beliau (Imam Turmudzi-Pent) berkata,’Sesungguhnya tatswib yang dibuat-buat oleh orang-orang pada hari ini yang dibenci oleh Abdullah adalah mencakup ucapan-ucapan yang dibuat-buat oleh orang-orang dengan lafadz tatswib yang tidak pernah  ada sebelumnya.’”(an-Nafhu asy-Syadzi :4/69)

Imam al-Aini رحمه الله berkata:

قوله: " فثوب رجل في الظهر " معناه: أنه خرج إلى باب المسجد ونادى: الصلاة رحمكم الله.

“Ucapannya (Mujahid-pent) ‘maka ada orang yang mengucapkan tatswib pada waktu Dzuhur’ artinya bahwasanya orang itu keluar ke arah pintu masjid lalu berteriak dengan ucapan’ الصلاة رحمكم الله’ (Sholat wahai yang dirohmati oleh Allah)” (Syarh Sunan Abi Dawud:3/6)

Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad حفظه الله berkata:

قيل: إن المقصود بالتثويب هو الذي أحدثه الناس من كون المؤذن بعد الأذان بمدة وقبل إقامة الصلاة ينادي نداءً بينهما ويقول: قد قامت الصلاة، حي على الصلاة، حي على الفلاح، أو أنه يقول: (الصلاة خير من النوم) في الظهر أو العصر؛ لأن هذه لا تقال إلا في الفجر، وهذا من الأمور المبتدعة.

“Dikatakan bahwa sesungguhnya yang dimaksud at-tatswib disini adalah ucapan yang dibuat-buat orang yaitu seorang muadzin beberapa saat setelah adzan sebelum iqomat mengucapkan:

’ قد قامت الصلاة، حي على الصلاة، حي على الفلاح’

atau dia berkata:
’ الصلاة خير من النوم’

pada waktu Dzuhur atau Ashar, karena ini tidak diucapkan kecuali pada adzan Subuh, dan ini termasuk perkara bid’ah”(Syarh Sunan  Abi Dawud : 74/2)

Dengan demikian maka semakin jelas bahwa kidung senja di kampungku itu adalah tatswib. Begitu pula ajakan-ajakan sholat lainnya yang dilakukan setelah adzan sebelum iqomat adalah termasuk tatswib. Dan tatswib seperti ini adalah bid’ah mungkaroh yang harus dijauhi dan diingkari.

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani رحمه الله berkata:

التثويب هنا هو مناداة المؤذن بعد الأذان الصلاة رحمكم الله , يدعو إليها عودا بعد بدء. وهو بدعة كما قال ابن عمر رضى الله عنه وإن كانت فاشية فى بعض البلاد.

“at-Tatswib di sini adalah seruan muadzin setelah adzan:

الصلاة رحمكم الله

Yang digunakan untuk memanggil kembali menuju sholat setelah ada adzan sebelumnya, dan ia bid’ah sebagaimana yang diucapkan Ibnu Umar meskipun telah menyebar di sebagian negeri.”(Irwa’ al-Gholil: 1/255)

Syaikh Muhammad bin Ali bin Adam al-Ethiopi حفظه الله berkata:

وأما التثويب الذي أحدثه الناس سواء كان في الفجر، أو في غيره بجميع أصنافه فإنه لا يجوز العمل به، لكونه بدعة منكرة.

“Dan adapun at-Tatswib yang dibuat-buat oleh orang-orang pada waktu adzan Subuh atau yang lainnya dengan berbagai bentuknya maka itu semua tidak boleh melakukannya karena termasuk bid’ah yang mungkar.”(Dzakhirotul Uqba:8/137)

DAMPAK NEGATIF LAIN

Selain tergolong bid’ah mungkaroh, kidung senja ini jug mempunyai dampak buruk lain, yaitu mengganggu orang yang melaksanakan sholat sunnat atau sholat berjama’ah Magrib.

Rosulullah pernah mengingkari orang yang membaca al-qur’an dengan keras karena mengganggu orang lain yang sedang  melaksanakan sholat.

عَنِ الْبَيَاضِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ عَلَى النَّاسِ وَهُمْ يُصَلُّونَ وَقَدْ عَلَتْ أَصْوَاتُهُمْ بِالْقِرَاءَةِ، فَقَالَ: " إِنَّ الْمُصَلِّي يُنَاجِي رَبَّهُ عَزَّ وَجَلَّ، فَلْيَنْظُرْ مَا يُنَاجِيهِ، وَلَا يَجْهَرْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ بِالْقُرْآنِ "

Dari al-Bayadhi, “bahwasanya Rosulullah ﷺ pernah keluar menuju orang-orang, sedangkan mereka sedang sholat dengan suara bacaan yang keras, maka beliau berkata,’Sesungguhnya orang yang sholat itu sedang bermunajat kepada Robnya ﷻ, maka hendaknya dia melihat munajatnya, dan janganlah sebagian kalian mengeraskan bacaan al-Qur’an kepada sebagian yang lain.”(HR. Ahmad dalam Musnad: 19022, dishohihkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam at-Tamhid :23/319,dishohihkan pula oleh Syaikh al-Albani dalam al-Misykah no,. 856)

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَ: اعْتَكَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْمَسْجِدِ، فَسَمِعَهُمْ يَجْهَرُونَ بِالْقِرَاءَةِ، فَكَشَفَ السِّتْرَ، وَقَالَ: «أَلَا إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ، فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا، وَلَا يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ»، أَوْ قَالَ: «فِي الصَّلَاةِ»


Dari Abi Sai’d, dia berkata,”Rosulullah ﷺ pernah I’tikaf dalam masjid lalu beliau mendengar mereka (para sahabat-pent) mengeraskan bacaannya, beliau berkata,’Ingatlah setiap kalian itu bermunajat kepada Robnya maka sungguh janganlah sebagian kalian mengganggu sebagian yang lain, janganlah sebagian kalian mengeraskan bacaannya terhadap sebagian yang lain, atau di berkata,’Dalam sholat.”(HR Abu Dawud: 1332, dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam as-Shohihah:1603)

Wallahu a’lam bis showab.
Oleh Abu Hasan as-Syihaby
Pagi nan cerah di kawasan pantura kabupaten Lamongan Jatim, Ahad, 17 Jumadist Tsani 1437 H/ 27 Maret 2016 M

DAFTAR REFERENSI

  1. Akhbaru Makkah fi Qodiimi ad-Dahr wa Hadiitsihi, Abu Abdillah Muhammad bin Ishaq al-Fakihi, tahqiq Dr. Abdul Malik Abdullah Duhaisy, Dar Khidhir, Beirut, cet. kedua, 1414 H, Maktabah Syamelah.
  2. Al-Awsath fi as-Sunan wa al-Ijma’ wa al-Ikhtilaf, Abu Bakar Muhammad bin Ibrohim bin al-Mundziri an-Naisaburi, tahqiq Abu Hammad Shogir Ahmad bin Muhammad Hanif, Dar Toyyibah, Riyadh, KSA, cet. Pertama, 1405 H/1985 H, Maktabah Syamelah.
  3. Al-Jaami’ul Kabir, Uhammad bin Isa Abu Isa at-Turmudzi, tahqiq Basyar Awwad Ma’ruf, Darul Ghorbi, Beirut, 1998 M, Maktabah Syamelah.
  4. Al-Kitab al-Mushonnaf fi al-Ahadist wa al-Atsar, Abu Bakar Ibnu Abi Syaibah, Kamal Yusuf al-Haut, Maktabah ar-Rusyd, Riyadh, cet. Pertama, 1409 H, Maktabah Syamelah.
  5. al-Mu’jam al-Kabir, Abul-Qosim Sulaiman bin Ahmad at-Tobroni, tahqiq Hamdi bin abdul Majid as-Salafi, Maktabah Ibni Taimiyyah, Kairo, cet. Kedua, Maktabah Syamelah.
  6. An-Nafhu asy-Syadzi Syarh Jaami’iit Turmudzi, Muhammad bin Muhammad Abul Fath Ibnu Sayyidin Naas Al-Ya’muri , tahqiq Abu Jabir al-Anshori, Abdul Aziz Abu Rihlah, Sholih Lahham, Dar ash-Shumai’I, Riyadh, KSA, cet pertama, 1428 H/2007 M , Maktabah Syamelah.
  7. As-Sunan al-Kubro, Ahmad bin al-Husain Abu Bakar al-Baihaqi, tahqiq Muhammad Abdul Qodir Atho, Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, Beirut, Libanon, cet. Ketiga, 1424 H/2003 M, Maktabah Syamelah.
  8. at-Tamhid lima fi Muwattho’ minal Ma’aani wal Asaanid, Abu Umar Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin abdil Bar an-Namiri, tahqiq Mustofa bin Ahmad al-Alawi, Muhammad abdul Kabir al-Bakri, Wizarotul Umumil Auqof wa asy-Syu-un al-Islamiyyah, Maroko, 1387 H, Maktabah Syamelah.
  9. Dzakhirotul Uqba Fi Syarhil Mujtaba, Muhammad bin Ali bin Adam al-Ityubi, Dar Ali Brum, cet pertama, 1420 H/1999 M, Maktabah Syamelah.
  10. Irwa’ al-Gholil fi Takhriij Ahaadist Manaar as-Sabiil, Muhammad Nashiruddin al-Albani, Isyrof Zuhair as-Syawisy, al-Maktab al-Islami, Beirut, cet. Kedua, 1405 H/1985 M, Maktabah Syamelah.
  11. Ma’alim as-Sunan, Abu Sulaiman Hamd bin Muhammad al-Khottobi, al-Mathba’ah al-‘Ilmiyyah, Halb, cet. Pertama, 1351 H/1932 M, Maktabah Syamelah.
  12. Misykatul Masobih, Muhammad bin abdillah at-Tabrizi, tahqiq Muhammad Nashiruddin al-Albani, al-Maktab al-Islami, Beirut, cet. Ketiga, 1985 M, Maktabah Syamelah.
  13. Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal, tahqiq Syu’aib al-Arnauth, Adil Mursyid,dll, Isyrof Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin at-Turki, Muassasah ar-Risalah, cet. Pertama, 1421 H/2001 M, Maktabah Syamelah.
  14. Silsilah al-Ahadist as-Shohihah wa Syai’un min Fiqhiha wa Fawaaidiha, Muhammad Nashiruddin al-Albani, al-Maktab al-Ma’arifi, Riyadh, cet. pertama, Maktabah Syamelah.
  15. Sunan Abi Dawud, Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’ats as-Sijistani, tahqiq Syu’aib al-Arnauth dan Muhammad Kamil Qurroh Balali, Dar ar-Risalah al-‘Alamiyyah, cet pertama, 1430 H/2009 M, Maktabah Syamelah.
  16. Syarh Sunan Abi Dawud, Abu Muhammad Mahmud bin Ahmad Badruddin al-‘Aini al-Hanafi, tahqiq Abul Mundzir Kholid bin Ibrohim al-Mishry, Maktabah ar-Rusyd, Riyadh, cet. Pertama, 1420 H/1999 M, Maktabah Syamelah.
  17. Syarh Sunan Abi Dawud, Abdul Muhsin bin Hamd al-Abbad, Durus Shouti transkrip www.islamweb.net, Maktabah Syamelah.
  18. Syarh al-Umdah kitab as-Sholah, Taqiyyuddin Abul Abbas Ahmad bin Abdul Halim Ibnu Taimiyyah, Tahqiq Kholid bin Ali bin Muhammad al-Musyaiqih, Dar Al-‘Ashimah, Riyadh,KSA, cet pertama, 1418 H/ 1997 M, Maktabah Syamelah.
  19. Syarh Sunan Abi Dawud, Tahqiq Abul Mundzir Kholid bin Ibrohim al-Mishri, Maktabah ar-Rusydi, Riyadh, cet Pertama, 1420 H/1998 M, Maktabah Syamelah.
  20. Taqrib at-Tahdzib, Syihabuddin abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Hajar al-Asqolani, tahqiq Muhammad Awwamah, Dar ar Rosyid, Syiria, cet. Pertama, 1406 H/1986 H, Maktabah Syamelah.


1 komentar:

  1. Ketika aku berada di Surabaya, di daerah lidahwetan, aku juga mendengar panggilan sholat seperti itu.

    BalasHapus

Jazakumullah atas kunjungan dan perhatian anda. Komentar yang bijak adalah kehormatan kami.