MENUMBUHKAN KESADARAN DIRI ANAK - Permata Salafus Sholih

Breaking

Meniti Aqidah dan Manhaj Para Nabi dan Salafus Sholeh

Anda diperbolehkan mengkopi paste ayat, hadist dan terjemahannya tanpa menyebutkan sumbernya serta diperbolehkan untuk menyebarkan artikel-artikel di blog ini dengan menyertakan sumbernya, namun anda dilarang menyebarkannya dengan mengeditnya dan mengakui sebagai tulisan anda dengan tujuan komersil atau non komersil

Selasa, 04 April 2017

MENUMBUHKAN KESADARAN DIRI ANAK

Kesadaran diri adalah kemampuan seseorang dalam mengenali dirinya sendiri dan hakekatnya, seperti jati diri, fikiran, perasan dan emosinya serta kemampuan memahami evaluasi dirinya dengan lainnya.

Kesadaran diri adalah puncak disiplin dan kunci untuk meraih kebaikan dan kesuksesan. Ia merupakan kontrol diri untuk tidak melakukan perbuatan yang tidak baik. Seorang yang mampu berdisiplin tinggi adalah orang yang memiliki kesadaran tinggi, yaitu kesadaran bahwa untuk menjadi pribadi yang taat kepada aturan dan norma serta menjadi pribadi yang baik adalah merupakan tanggung jawab diri sendiri. Kesadaran yang memberikan rasa insaf dan pengertian bahwa segala sesuatu akan berjalan baik bila dirinya mampu merealisasikan dan mempraktekkan kebaikan dalam dirinya.

Anak adalah makhluk yang masih kurang kesadaran dirinya, karena dalam kehidupannya lebih dominan untuk memberi kesenangan dirinya dengan bermain tanpa kontrol diri. Anak belum bisa sepenuhnya mengontrol dirinya dengan kesadaran pribadinya. Sehingga terlihat banyak anak yang melakukan pelanggaran demi memenuhi kesenangannya sendiri tanpa memperhatikan perasaan orang lain dan aturan serta norma yang berlaku dalam masyarakat. Mereka masih membutuhkan pendidikan dari guru dan orang tua untuk memiliki kesadaran diri yang baik.

Kesadaran diri itu terletak pada hati. Hati yang buruk maka kesadaran dirinya rendah bahkan bisa berada pada taraf yang netral atau kosong dari kesadaran diri. Allah Ta’ala berfirman:

وَمَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّما خَرَّ مِنَ السَّماءِ فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكانٍ سَحِيقٍ (31)
Dan barangsiapa menyekutukan Allah, Maka, dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau dihempaskan oleh angin ke tempat yang jauh. (QS.Al-Haj (22): 31)

Ibnu Jarir at-Thobari rohimahullah berkata: 

فإنه من يُشرك بالله شيئا من دونه، فمثله في بعده من الهدى وإصابة الحقّ وهلاكه وذهابه عن ربه، مَثل من خرّ من السماء فتخطفه الطير فهلك، أو هوت به الريح في مكان سحيق، يعني من بعيد

“Maka sesungguhnya orang yang menyekutukan Allah dengan sesuatu selain-Nya maka perumpamaan jauhnya dari petunjuk dan kebenaran serta kehancurannya dan kehilangan Robnya seperti orang yang jatuh dari langit lalu disambar burung hingga dia hancur, atau dihempaskan oleh angin di tempat yang  jauh.”(Jami’ul Bayan fi ta’wil al-Qur’an: 18/620)
Seburuk-buruk hati adalah hatinya orang musyrik. Dia digambarkan ibarat orang yang jatuh dari langit, dan orang yang jatuh dari langit itu  kesadaran dirinya hilang.  Dia tidak bisa mengenali dirinya apalagi Rob yang menciptakannya.

Sedangkan hati yang baik adalah hati yang  memiliki kesadaran diri yang tinggi. Allah ta’ala berfirman:
ذلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعائِرَ اللَّهِ فَإِنَّها مِنْ تَقْوَى الْقُلُوبِ (32)
Demikianlah (perintah Allah). dan Barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu termasuk dari ketakwaan hati.(QS.Al-Haj (22): 32)

Dalam menafsirkan ayat ini, Ibnu Jarir at-Thobari rohimahullah berkata:
فإنها من وجل القلوب من خشية الله، وحقيقة معرفتها بعظمته وإخلاص توحيده.
“Maka sesungguhnya ia (perbuatan mengagungkan syiar’ syiar Allah-Pent) termasuk ketakutan hati karena takut kepada Allah, dan hakekat mengetahuinya (pengagungan syi’ar-syiar Allah-pent) adalah dengan mengagungkan-Nya dan memurnikan ketauhidan-Nya (keesaan-Nya).”(Jami’ul Bayan fi ta’wil al-Qur’an: 18/623)

Orang yang mengagungkan syi’ar-syi’ar agama Allah adalah orang yang bertaqwa. Orang yang bertaqwa adalah orang yang mengetahui Robnya, kemudian dia mau mengagungkan dan mentauhidkan-Nya. Orang seperti ini adalah orang yang sadar diri, dia mengetahui hakekat pribadinya yang hanya seorang hamba yang diciptakan oleh Robnya sehingga dia akan sadar dan mau taat kepada penciptanya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

Maka dari itu, untuk menumbuhkan kesadaran diri anak harus mengenalkan anak anak tentang aqidah yaitu pengenalan kepada Allah, pengenalan tauhid, penegnala kepada yang ghaib, baik akhirat, surga dan neraka, malaikat atau iblis ,  syetan dan bala tentaranya serta pengenalan kepada syi’ar-syiar Allah dan cara pengagungannya (Ajaran agama).

Anak diajarkan bahwa Allah lah yang menciptakan mereka, Allah lah satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi dan disembah dan Allah itu memliki sifat-sifat dan nama-nama tertenttu yang telah diajarka oleh Allah dan Rosul-Nya dalam al-Qur’an dan As-Sunnah as-shohihah.
Anak diajari tentang ketaatan kepada Allah dan Rosulnya dengan berbuat baik akan mendapatkan balasan surga. Sebaliknya, anak diajarkan bahwa penbangkangan dan kedurhakaan kepada Allah dan rosulnya akan dibalas dengan neraka.

Ketika sudah diajari maka diharapkan akan tumbuh di hati anak ketaqwaan kepada Allah . Ketika sudah tumbuh ketaqwaannya maka tentu dia adalah orang yang menyadari tentang hakekat kehidupan ini dan menyadari hakekat dirinya  yang merupakan hamba yang harus taat kepada Robnya.

Oleh Abu Hasan as-Syihaby
Pagi nan cerah di sudut utara kabupaten Lamongan Jatim, Jum’at, 18 Jumadits Tsani 1438 H/ 17 Maret2017 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jazakumullah atas kunjungan dan perhatian anda. Komentar yang bijak adalah kehormatan kami.